Rocker Juga Manusia dimana dia akan kembali berubah jika yang Maha kuasa telah memberi hidayah padanya, seperti pada seorang gitaris band Thrash Metal Indonesia ini (Ex Betrayer)
Kehidupan Derry Sulaiman berubah drastis. Setelah memutuskan bertobat, mantan gitaris band metal Betrayer itu kini menjelma menjadi seorang pendakwah, dan penyanyi religi. Seperti apa kisahnya?
"Saya niatnya mau bikin band yang lebih dahsyat lagi, yang lebih gila. Karena di Jakarta kan nggak sebebas Bali. Saya pengen jadi 'orang gila', pengen hidup bebas, jauh dari aturan-aturan. Namanya underground itu kan pemberontakan jiwanya," kenangnya.
Setelah menetap di Bali, Derry bersama teman-temanya lalu membentuk band metal 'Born by Mistake'. Usai merampungkan sebuah album, ia pun memberitahukan seniornya Irfan Sembiring yang merupakan pendiri band trash metal legendaris, Rotor.
Namun bukannya mendapat pujian, Derry justru sangat terperangah dengan jawaban sang senior. Bukannya dipuji atau diberi dorongan, Derry malah disuruh bertobat, dan mendekatkan diri ke Tuhan.
"Dia (Irfan) suruh saya ke masjid. Katanya, dunia ini nggak lama, hanya sementara. Jangan gaul sama ahli dunia terus. Saya jadi nggak nyambung. Kenapa Bang Irfan yang saya tahu dulu orangnya metal, brutal, tiba-tiba berubah ngomong agama. Ini ada apa?" kisahnya.
Semenjak diceramahi Irfan, pria kelahiran Saniangbaka, Sumatera Barat, 1 Agustus 1978 itu hidup dalam kegalauan. Namun sejak itu pula, ia mulai memikirkan tentang tujuannya hidup.
Sejak memutuskan untuk 'bertobat' dari hidupnya yang urakan, Derry Sulaiman aktif menjadi pendakwah. Mantan gitaris band metal Betrayer itu pun mengaku punya banyak pengalaman pahit.
"Berdakwah itu nggak gampang. Tantangannya sangat berat," ungkap Derry di Masjid Madani, daerah Antapani, Bandung, Jawa Barat.
Dikisahkan pria yang mengenakan gamis warna cokelat dan sorban hijau muda itu, dirinya selama ini menetap di daerah Kuta, Bali. Ia pun aktif berdakwah dari pintu ke pintu, ke luar kota, bahkan hingga ke manca negara.
Di Bali, Derry juga aktif berdakwah ke berbagai diskotek dan kelab malam. Meski kedengarannya cukup ekstrem, sosok kelahiran Saniangbaka, Sumatera Barat, 1 Agustus 1979 punya alasan sendiri.
"Dakwah ini kan bukan hanya di masjid saja. Kalau dakwah di masjid saja sih, gampang," ujar anak kedua dari lima bersaudara yang pernah belajar dakwah secara khusus ke India, Pakistan, dan Bangladesh tersebut.
Kata Derry, banyak pengalaman pahit yang dialaminya saat berdakwah ke berbagai tempat. "Diejek orang, diusir, dibilang sok alim, sok nabi, digeledah, dibilang teroris. Macam-macamlah. Orang-orang yang nggak suka banyak," sahutnya.
Derry juga mengisahkan, dirinya pernah mengajak Sunu vokalis band Matta berdakwah ke tukang tempe di daerah Bandung. Namun sayang, ucapan mereka berdua kala itu sama sekali tak digubris
"Sunu kan tahu sendiri, artis. Siapa yang nggak kenal dia kan? Kita datang ke tukang tempe, itu kita ngomong nggak diliat. Dia tahu itu Sunu, artis yang datang. Tapi ketika urusan dakwah, orang nggak suka," ucapnya.
Meski sering dapat perlakuan tak menyenangkan saat berdakwah, Derry tetap tegar. "Rasullullah SAW itu manusia terindah wajahnya, termulia akhlaknya. Keringatnya bau kasturi. Tapi itu saja dilempar batu ketika dakwah. Gimana kita?" ujarnya retoris.
Dikatakan Derry, semakin berat tantangan yang dihadapinya saat berdakwah, dirinya semakin yakin apa yang dilakukannya benar. Hal itulah yang membuat pelantun 'Dunia Sementara Akhirat Selamanya' itu teguh bak batu karang.
"Semakin tantangan itu berat, semakin besar iman yang masuk. Saya semakin merasa memiliki agama. Semakin banyak orang yang menentang nggak suka, semakin saya yakin ini benar," tandasnya sosok yang memelihara jenggot itu.